Ketua Arena Sulteng, Moh Dzar Moh Ali, bersama pemerintah Kecamatan Tawaeli, Hendra Okto utama (Camat Tawaeli Kota Palu) dan Ahmad Agung Lembah (KUA Tawaeli), garap film dokumenter tentang sejarah masuknya Islam pertama kali di Tawaeli.
Pembuatan film dokumenter sendiri dilakukan dengan bekerja sama dengan RRI Kota Palu.
Kamis, (13/03/2025) jam 10.00 pagi WIT memulai shooting pengambilan gambar di lomas makam tokoh penyebar Islam pertama di Tawaeli, Palu Sulteng dengan titik lokasi makam Makonda atau yang dikenal dengan Bulangisi dan murid beliau Radja Lembah atau yang di kenal dengan Lovengau.
“Hari ini jam 10 pagi, bersama RRI kota palu, ketua arena dan pemerintah kecamatan tawaeli, camat dan KUA, mengambil lokasi shoting di maqam dg makonda dan bulangisi.” kata Moh Dzar kepada redaksi usai melakukan shoting film dokumenter.
Mom Dzar mengungkapkan tujuan pembuatan film dokumenter untuk melestarikan cagar budaya dan sekaligus mensosialisasikan maqam -maqam yang bersitus sejarah kepada masyarakat yang ada di Palu maupun di luar Kota Palu.
Sementara itu, Pemerintah Kecamatan berharap agar kawasan maqam bisa dijadikan wisata religi utk masyarakat Kota Palu.
“Maqam-maqam yang terletak di Kecamatan Tawaeli tersebut, juga sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah terkait, agar supaya bisa di pugar sekaligus di percantik, sehingga bisa menarik perhatian warga Kota Palu.” harap Camat Tawaeli, Hendra Okto utama.
Mengenal Makonda
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Makonda atau Bulangisi, adalah ulama yang pertama kali membawa Islam di tanah Tawaeli di sekitar abad ke-17.
Makonda merupakan ulama yang berasal dari Cendana mandar. Makonda sendiri adalah murid langsung syekh Yusuf Goa, Sulawesi Selatan.
Tercatat dalam sejarah bahwa berkat dakwahnya, Makonda berhasil mengislamkan raja Magau ke III, yaitu Daesa Lembah.
Dengan masuknya raja Magau Tawaeli ke agama Islam, maka mudah bagi makonda untuk syiar Islam ke masyarakat Tawaeli.
Moh Dzar, secara garis keturunan Termais cucu generasi ke-7 dari Makonda.
Mom Dzar menjadi salah satu narasumber dalam fil dokumenter tersebuh.
Moh Dzar mengungkapkan bahwa film dokumenter mengungkapkan sejarah åmausknya Islam pertama di Tawaeli
Makonda atau Bulangisi menurut Moh Dzar mempunyai seorang murid yang bernama Radja lembah.
Radja Lembah, ungkap Moh Dzar, pernah belajar fiqih dan tasawuf kepada bulangisi.. sehingga akhirnya Radja lembah atau lovengau, dikenal sebagai waliullah.
Radja Lembah kelak kemudian yang meneruskan skiar Islam kepada masyarakat Tawaeli di saat Bulangisi sudah meninggal.
Syair Radja Lembah
Salah satu yang menjadi peninggalan Radja Lembah adalah syair
“Ada syair peninggalan Radja Lembah atau disebut Lovengau, berupa syair yang sampai hari ini diabadikan masyarakat Tawaeli. Dimana ketika perayaan shalat idul Fitri, selalu dibacakan syair Radja Lembah.
Syair Radja Lembah :
Isema isema ane ninjanina korona njau islamu
pade Rai rapogaukana pepokau Nuala taala peparentah NU nabi,
kapere riala taala kupuru ri nabi.
Isema isema ane Rai njanina korona njau islamu,
pade rapogaukana pepokau Nuala taala peparentah nunabi,
jamo kaoge Nuala taala
Ahmad Agung Lembah, Kerala KUA Tawalei menjelaskan mengenai syair tersebut. menurutnya Syair ini menjelaskan tentang toleransi dan moderasi beragama.
“Bahwa keselamatan itu adalah tanggung jawab pribadi.
Walaupun agamamu bagus, tapi kalau menyakiti sesama dan tidak menjalankan perintah Allah, maka tidak ada keselamatan bagimu.” Jelas Agung Lembah yang juga alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.